Senin, 24 Desember 2012

Anak Autis di Kamar ISOLASI

Ada selalu momen dimana aku menjadi anti bersosial. menjadi acuh. menjadi malas. Menekan tombol capture di setiap webcame yang on. Aku tak mau bermain keluar. Di luar banyak debu, di luar banyak orang jahat. Bayanganku di cermin selalu berkata demikian. Apa yang dilakukan itu tak sebanding dengan arsitektur ruangan ini. Persis sekali seperti ruang isolasi. 

Kamar mandi yang berada di dalam kamar. Buat apa bersosialisasi keluar kamar? Itu menjadi tidak penting. . Bahkan, jika ingin mandiri aku bisa mencuci sendiri dan menjemur baju-bajuku sendiri di balcon di kamar. Bosan ingin menonton televisi? Di sini pun tersedia, dan beserta sepaket DVD yang berjejer beragam genre. Autis di kamar.

Kadang bingung mau berbuat apa, semua telah dicoba. Bahkan, jika bosan aku sering duduk di balkon sendirian untuk merenung ataupun menulis cerita pendek. Atau yang paling sering dan dilakukan berulang-ulang mengklik lagi capture pada webcam laptop. Itu melulu. Sering-sering didendangkan pula lagu-lagu dengan nada sekeras mungkin untuk menghilangkan kejenuhan, tetapi tetap saja jenuh sering melanda.

Berteman tak harus keluar rumah, aku mulai menyalakan laptop dan modemku di kamar ini. Hanya dengan menekan tombol conect, aku sudah bisa berkomunikasi dengan teman-temanku di dunia maya. Ya, serasa hidup yang tak usah bersusah-susah payah. Namun, ada kesendirian yang tak terjamah yaitu struktur pikiranku. Aku kesepian. Sekian dan terimakasih








Sabtu, 15 Desember 2012

Aku ingin Mandi



Diam duduk termangu di  sebuah gedung  tua tetapi kini sudah mengalami perombakan ulang. Lantai 3 g304 menjadi tujuan akhir mahasiswa tingkat ke tiga jurusan sejarah. Terlambat 20 menit sudah jelas-jelas membuat dosen geram dengan kebiasaan yang dilakukan secara berulang. Mungkin juga bosan dengan kebiasaan yang melulu tak pernah on time. Sarjay begitulah nama panggilanku.

Dari semester satu memang selalu bermasalah dengan ketepatan waktu. Kadang aku bisa menjadi anak terajin tingkat dewa, atau kadang juga malas bagai kambing kala hujan. Namun, jika berhasil dipersentasekan malasku mungkin lebih tinggi angkanya. Malas adalah hak. Itu pernyataan yang patut untuk ditertawakan. Suatu ketika aku pernah bangun terlambat saat SMA. Aku yang bangun jam 6 pagi mulai bergegas mandi terburu-buru. Aku lupa hari itu perdana Ulangan Akhir Sekolah. Sepatu wariorku ku ikat mati karena terburu-buru, sedikit merapikan kerudung yang juga miring dan juga tak kunjung rapi. Memang, akulah si jilbab aneh yang selalu saja membuat keonaran. 

Hari itu aku tak mandi, hanya sedikit menggosok gigi dan cuci muka sedikit. Semua  berantakan. Namun, untunglah aku masih saja bisa diampuni dan diberikan ijin untuk masuk. Sekolahku setiap UAS pasti mengacak urut tempat duduk dan biasanya digabung dengan kakak kelas. Ini hal yang paling menyebalkan buatku, karena sudah pastilah ini bisa jadi boomerang buatku dipermalukan bersama teman sekelas dan juga kakak kelas. 

Ku percepat langkahku untuk satu tujuan yaitu nomer urut bangkuku. Setelah tepat berada di depan kelas XII IPA 2 aku mengetuk pintu. Syukurlah pengawas ujiannya Bu Sri guru sejarah yang tidak berperawakan seram. Bu Sri seumuran ibuku, umurnya mungkin kepala 4, tapi masih kekar dan berisi. 

“Aduh terlambat, cepet mba cari bangku,” seru Bu Sri.

Aku mulai mencari dimana tempat dudukku, Tiba-tiba ada pancaran dari kerumunan anak-anak ini, Ya, seorang kakak kelas yang menjadi favorite seluruh sekolah dan juga tampan duduk denganku. Aku mendapat bangku yang juga tepat bersebelahan dengannya. Entah aku harus senang atau memang minder lantaran pagi ini tak mandi. Sialnya lagi, aku hari ini sangat berantakan dan lupa memakai deodorant serta parfume. Semua temen sekelasku senyum-senyum iri melihat hari ini aku duduk dengan kakak kelasku ini. Namanya sangat berkarisma seperti wajah dan kepintarannya, Digjaya Utama. Dia kakak dari teman sepermainanku Cendikia Dewi. Dia sering disebut Pak Haji dengan teman-temannya karena dia sudah pernah pergi haji. 

“Permisi kak, saya duduk di sini,” kataku lembut dengan cengangas cengengesan.

Kemudian dia membalas senyumku dengan lembut. Arghh.. rasanya ingin terbang dan melayang-layang di angkasa mendapatkan senyumnya. Dari kedua lesung pipinya yang juga mengiringi senyuman manisnya.
Salah satu teman wanita sekelasku yang juga kagum berat dengannya, menyinyir iri melihatku, kemudian aku mulai menoleh diam-diam kearah temanku dan memberikan senyum meledeknya dengan sedikit melet. 

“Ish..” ketus Susan sinis.

Susan memang teman sekelasku yang serba ribet. Memusingkan. Geliatnya memang sangat girly, Nampak pada benda-benda miliknya yang serba pink. Tak pernah jauh dari kaca berwarna pink, lipgloss pink, dan juga alat kosmetik lainnya yang bernuansa pink. Seringkali pandangannya tidak fokus jika melihat laki-laki tampan yang lewat. 

Sialnya aku meledek Susan disaat hari ini aku membutuhkan bantuannya. “Woy, susan.. minta minyak wangi dong,” seruku lirih agar tak terdengar Kak Diga. 

Dengan ketus susan menjawab,”ogah”.

Ah sial. Susan menyebalkan. Aku benar-benar harus menjauh dari Kak Diga, terlalu dekat bisa membuatnya ilfil nanti ketika mencium aroma tubuhku yang tidak mandi pagi ini. Wah, hari ini terasa begitu lama, aku ingin cepat-cepat pulang. Hari ini aku bulatkan tekad untuk langsung pulang, tidak kumpul OSIS ataupun teman-teman untuk bermain dahulu. Aku ingin mandi. Titik

Hari ini ulangan Agama, seharusnya aku bisa menanyakan soal-soal sulit ini ke Kak Diga, tapi tidak mungkin. Aku belum mandi, aku takut dia tak nyaman denganku. Sial, sial, sial. Tuhan, ayolah percepat waktu, aku ingin segera pulang. Aku ingin mandi. 

Susan menatapku dengan senyum olok. Aku tak bisa berpikir dengan kondisi seperti ini. Aku ingin pulang. Aku ingin mandi. Ya setidaknya hanya itu yang bisa diucapkanku hari ini. Aku ingin mandi.

 Hari ini menyebalkan, lalu lalang pula kakak kelas yang mencoba bertanya ke kak Diga dari arah kiriku, sehingga memungkinkan Kak Diga mendekat ke arahku. Aku tak mungkin menjauh dan merasa sok jijik karena sebenarnya bukan dia yang menjijikan tapi diriku ini. Yang belum mandi. Pfftt..

Pesona Kak Diga meluluhlantahkan imajinasiku untuk menjawab soal-soal agama yang dipenuhi dengan huruf melingkar-lingkar ini. Tuhan Allah ijinkanku pulang. Aku ingin mandi. Sesekali kak Diga menoleh ke arahku dan senyum serta menanyakan. “Ada yang susah nggak?” dengan ramah.

Aku tak sanggup menjawab pertanyaannya bahkan senyumnya yang 100% manis, aku hanya mampu menggelengkan kepala, karena takut aroma gigiku yang hanya ku sikat dengan kilat tadi pagi mengganggu penciuman Kak Diga. Setelah satu jam berlalu, Ujian hari ini pun selesai juga akhirnya. Aku bergegas dan menggemblok tas ranselku untuk berlari ke luar kelas dan pulang.

“Woy, sarjay mau kemana lo?” teriak salah seorang anak OSIS yang tak jelas wajahnya kulihat.
“Pulang” jawabku keras sambil berlari.

Namun, aku tertabrak oleh teman-teman OSIS yang lain, kali ini sangat dekat. “Eh, mau kemana?” tanya Sella.

“Mau pulang sel, gua beum mandi,” jawabku cepat.

Sela yang tertawa dan meneriakanku,” Ih,, dasar jorok lu”.
***
 (bersambung)

Rabu, 12 Desember 2012

Cekrak cekrik

Haha sok banget cantik emang yang punya blog ini pemirsah. Abis iseng-iseng brhadiah pengen ngeshare ajah hasil foto jepretan si Ranthy sipirili, yang lumayanlah gue bilang keren. Hahaha. yang pasti karena modelnya keren. Uhuy :p cekidot :)








yeah. thanks to ranthy :)

Rabu, 31 Oktober 2012

Dosa: Di balik kelambu biru



Bagaimana itu bisa disebut cinta, jika kau aktif meminta

Bagaimana itu bisa disebut cinta, jika kau selalu lupa

Bagaimana itu bisa disebut cinta, jika kau bersembunyi di balik citra

Bagaimana itu bisa disebut cinta, jika kau peroleh dengan memaksa

Bagaimana itu bisa disebut cinta, jika kini aku yang menderita

Bagaimana itu bisa disebut cinta, jika kini kita memegang dosa

Sari Wijaya

Rabu, 24 Oktober 2012

Kangen


Segala sesuatu memiliki makna_Barthez

Lucu sekali hari ini, aku mencoba mengutak atik laptopku yang sedari tadi aku nyalakan untuk mengerjakan sebuah tugas deadline dari Transformasi. Aku sangat-sangat tak karuan membuka setiap folder, yang masing-masing aku berikan nama aneh-aneh sebagai penanda. Barthez dalam bukunya “emporium of sign” pernah mengemukakan bahwa manusia itu dikuasai oleh tanda-tanda, maka seperti aku, aku menandai setiap folder penting di laptopku dengan caraku sendiri. Kadang hanya ada angka saja bahkan kata-kata cenderung gila. 

Aku buka satu persatu folder itu, seingatku aku meletakkan semuanya di satu folder itu. Oh, my Lord tolonglah aku, ijinkan aku menemukannya. Aku tak ingin apa, aku tak ingin nyata, tetapi hanya mala mini aku inginkan menemukan folder itu. Laptopku memang baru saja di instal ulang perihal kecerobohanku karena mendownload sembarang aplikasi yang isinya semua menggunakan bahasa inggris yang tak ku mengerti, aku hanya menekan “Yes” dari setiap kata yang berurai panjang tak ku mengerti. Alhasil, laptopku ini tak bisa menyala dan harus di instal ulang. 

Semenjak itu, aku lupa menaruh folder kesayanganku itu dimana. Memang sudah berbulan-bulan aku tak  ingin membukanya, Aku tak ingin membukanya. Tak sama sekali. Semua bercampur dengan ketakutan-ketakutanku. Namnun, entah mengapa malam ini aku ingin sekali menemukannya. Aku ingin sekali menengoknya walau sebentar saja. Aku ingin kepo. 

Setelah beberapa kali berputar-putar di Local Disk C dan D, tak kutemukan juga satu pun pertanda folder tersebut. Ah, sial. Where are you my folder? Mana mungkin satu folder itu bisa hilang. Aku sangat merindukanmu. Aku ingin kau temaniku malam ini. Sekadar menghiburku saat insomniaku menjelang.
Ketika larut memang aku selalu menjamu diriku sendiri dengan berbagai macam kegiatan yang menyebabkan aku tak memiliki rasa kantuk sedikitpun. Aku ingin ditemani oleh folderku itu. Aku ingin dia kembali. Baiklah aku mulai flash back dan mengingat kembali, mengorek-orek ulang ingatanku, siapa tau saja aku mengingatnya. 

Wah, sangat sialan. Bangsat! Aku pecundang, aku pengecut. Aku baru ingat, aku pernah menyuruh temanku untuk menghapusnya kala itu. Bak, air mata yang memang takkan mampu mengalir lagi perihal tingkat kadaluarsanya sudah lewat, airmataku tak mampu keluar, Cuma sesak yang menerpa di dadaku. Aku si pecundang itu, aku yang tak berani sedikitpun mencolek folder itu, menyuruh temanku untuk menghapusnya saat itu. 

Folder itu mungkin sudah menjadi data abstrak yang pernah ada tetapi kini hilang entah dimana. Mungkin, dia telah masuk di dunia kapur Rudi Tabuti, atau mungkin di Rycle Bin. Ah, benar sekali aku buru-buru membuka rycle bin mungkin saja masih tertera di sana. Shit!! Tak ada pula. Semua terhapus. Ulahku. Ini semua salahku. Aku kini hanya menunduk dan mulai memutar otak untuk mengingat semua isi folder itu. Namun, tetap saja aku tak ingin menangis lagi. Lagi-lagi aku tak ingin menangis. Aku hanya ingin menengoknya walau sebentar.

My Lord, andai saja aku bukan si pengecut itu yang selalu saja tampil reaksioner dalam mengatasi masalah itu, mungkin aku takkan menghapusnya. Kini, aku menyesal. Sangat hancur hatiku. Aku bersusah payah mengumpulkan setiap part-part hidupku dalam folder itu semua, hanya untuk mengabadikan sebagian memori yang pernah aku lakukan.

Foto-foto itu entah dimana dia. Video itu. Bahkan semua tentangnya hilang terhapus. Apa ini pertanda aku benar-benar harus menghapusnya dalam hidupku? Ah, sungguh gamblang yang aku tulis malam ini. Tak biasanya aku menulis perihal hati dengan sangat gamblang dan mendayu. Singkat kata, aku merindukanmu setiap waktu setiap denyut setiap nyawa bhakan yang lebih dekat, denyut aliran darahku mungkin juga merindukanmu. Aku ingin memelukmu malam ini. Maafkan aku L

***
 

Senin, 22 Oktober 2012

Telur

 
Sebutir telur tanpa induk. Itulah aku. Aku tak punya induk yang mengeramiku setiap malam, padahal impianku besar jika sudah menetas nanti. Semuanya menghalangiku. Apakah benar aku hanya akan menjadi sebutir telur tanpa menetas tanpa menikah tanpa mampu membuat telur baru? Aku sebutir telur yang habis babak belur tanpa gesture dan akan tetap menjadi penghibur.

Minggu, 21 Oktober 2012

Happy 19 Day


cinta gak bisa milih, apalagi dipaksain, tapi kalo lo bener-bener cinta, kejar terus, perjuangin.
 ibarat lego, gue seperti nemuin part gue yang hilang, bersama dia gue merasa komplit
yang gue takutin adalah ketika gue buka mata gue di pagi hari, gue tahu dia udah gak cinta lagi sama gue

Senin, 15 Oktober 2012

Selayang Pandang II

Karena rapuh bukan untuk cibiran, karena kuat bukanlah kebanggaan dan pameran. Manusiawi penuh dengan kedinamisan.
lantas, apa fungsi pikiran kita yang selalu ada untuk mengurai kausalitas peristiwa? karena berdiam itu cuma kepalsuan.

karena sejarah itu merekam, maka jangan salahkan aku mengingatnya. Melupa itu cara, tapi menjadi lupa itu proses.

kesalahan itu diperbaiki bukan berdiam mati. bukan mengumpat. karena dosa sejarah harus diungkap bukan selalu kau diskusikan.

dan hidup bukan menebak laiknya lotre, belajar sejarah untuk memprediksi, bukan melakukan ulang kesalahan yang picisan

kenapa tidak kita telanjangi dulu pikiran kita, agar kita tak selalu menghakimi satu sudut.