Sabtu, 23 Februari 2013

Tega

shelter
singgah
pelabuhan
penglupaan
percintaan
kemunafikan
kebohongan
shelter
transit
pelampiasan
aku
kebodohan
kemunafikan
ketulusan
kebohongan
kamu
korban
ketidakpedulian
kebohongan
shelter
persinggahan

Rabu, 20 Februari 2013

Di Baiturahman

Aku berbincang pada Tuhan. Kali ini kubah itu menatapku tajam, seraya tak pernah ijinkanku datang ke tempat ini. Banyak dosa yang ku perbuat seperti pasir di lautan. Namun, aku tetap tak pernah takut karena aku yakin Tuhan itu Pemaaf, dan manusia tak patut untuk mencitrakanku sebagai penghuni neraka.

Di tempat ini, entah reflek atau tidak, aku menangisi semua hal. Ya. Semua hal. Karena aku tahu hanya pada Nya lah aku bisa mengadu apa saja. Sujud ku perlambat. Aku nikmati gerak setiap gerakan, hanya untuk membuatnya sedikit tersenyum denganku. Entah, Dia memaafkanku atau tidak, tetapi ini kali pertama aku menangis di depan umum. Di Baiturahman.

Semua dosa itu sudah pastilah aku sesali. Aku salah. Dia juga salah. Semua perilaku dan tindakan kita salah. Dan, aku hanya berucap dalam hati dalam tangis dan dalam harapan dalam.

"Tuhan, aku salah. dia salah, dan kita adalah makhluk yang paling punya banyak salah. Kami mencinta dengan cara yang salah. Kami bertaubat Tuhan. Aku tak mau menggerai sesal tak berguna kemudian mengulangi banyak salah. Aku juga tak mau mengulangi hal dengan oranglain, karena itu akan membuatku mengulangi salah lagi. Kini, biarlah aku belajar menjadi baik, dia belajar menjadi baik, walaupun tak ada ukuran pasti mengenai kebaikan. Dan setelah kami benar-benar baik, pertemukanlah aku dengannya dalam waktu yang tepat, agar aku dan dia benar-benar bertemu dalam suatu hari pilihanmu, hari yang baik pula. Apabila memang kami tak pernah bisa dipertemukan dalam kebaikan nyata, maka doaku Tuhan, pertemukanlah aku dengannya dalam tempat yang baik (surga). 

Aku tak ingin buat kesalahan dengan orang lain, biarlah aku perbaiki kesalahanku untuk tetap dipertemukan olehnya. Amin
Hambamu yang tak baik, namun berusaha menjadi baik

Maya 

Minggu, 17 Februari 2013

Silahkan Membenci

Aneh. saya itu disebutnya sebuah dosa. Iya mungkin. Seolah saya hina sekali di matanya. Saya yakin Tuhan telah memaafkan kesalahan saya, karena pernah memilihmu untuk menjadi orang yang dicinta. Maaf, saya bukan pendengki pemarah pendendam seperti apa-apa yang kamu lakukan terhadap saya. Jauh-jauh hari maaf itu sudah hilang bersamaan dengan teriakan saya di dunia fantasi.

Saya habiskan waktu untuk bersenang-senang. Bukankah kamu yang menyuruh saya untuk bangun pagi, bangun sore, bangun malam, dan bangun setiap saat ketika terlepas darimu?
 Kamu, juga yang merasa bebas terlepas dari saya, padahal saya tidak pernah mengatur apa-apa. Saya bukanlah dalang di permainan ini. Saya lakukan senatural mungkin. Saya lakoni diri saya seoriginal mungkin buat kamu. Dan itu dosa katamu.

Jika kau menghilang, maka menghilanglah. Bukankah itu maumu menghilang. Jangan pernah sebut saya wanita pecundang sebelum kamu tahu dahulu siapa saya sebenarnya. Di dalam hutan itu pernah terdapat hewan buas yang saya makan hidup-hidup. Di tebing terjal itu pernah saya daki tanpa sepasang kaki. Dan harusnya kau tahu itu. Sayalah si pembual itu. Hanya di depanmulah saya berpura-pura lemah, agar kamu bisa merasa kuat atas dirimu. Hanya padamulah saya ingin menjadi orang yang kalah. Agar kamu bahagia ketika kamu bisa memenangi saya.

Dan kamu menang dalam kepura-puraan saya.

Jadi apakah kamu sudah merasa bingung dan sudah pandai menebak-nebak hati saya kembali?

Di persimpangan jalan itu, masih ada bercak darah saya di jalan. Sengaja saya tak bersihkan, agar kamu melihat bahwa di sana saya pernah terjatuh dan kamu sesegera mungkin menolong saya kala itu. Di tengah taman itu juga masih tersisa ampas kopi bekas kamu minum waktu itu. Saya lah si pembuat museum itu. Membuat museum atas semua kenangan tentang kamu.

Tuhan, telah mengambilmu dari saya. Dan saya tidak pernah bisa jadi resistor atasNya. Karena katamu itu dosa. Ya, ya, ya.. Sayalah si dosa itu. Yang tak tahu malu masih saja berputar-putar di sekitarmu. Kamu yang kini sudah berjaya atas kesenanganmu, takkan lagi saya tampakkan segalanya padamu, karena kau bilang "SAYA BAHAGIA JIKA KAMU TIDAK ADA" maka, saya akan membuat kebahagiaanmu itu menjadi nyata.