Kamis, 19 September 2013

Happy Wednesday

Happy Wednesday
Aku diam diam menyembunyikan bahagia
                Sudah pukul 17.00, murid-muridku nampak masih ingin menyelesaikan film yang aku putar pada kelas jurnalistik. Sesekali aku bertanya,” masih ingin lanjut?” tanyaku.
                “Masih kak,” jawab mereka serentak.                                      
                Di kelas tersisa 4 orang anak yang menunggu jemputan, selebihnya sudah ijin pulang karena sudah dijemput supir ataupun ada kegiatan pelajaran tambahan di luar. Aku sedari tadi gelisah menengok jam tangan, handphoneku pun tak ada sinyal. Aku khawatir tidak akan bertemu Banyu hari ini. Banyu janji akan menungguku pulang sekitar jam 4 di kampus. Aku takut Banyu pulang. Pasti aku kecewa jika Banyu pulang. Hari ini akan menjadi hari yang tidak menyenangkan. But, I am lucky girl. I am happy every Wednesday. I can meet  dan talk about everything  with him. Thanks God.
                Langkah kaki kupercepat, Akhirnya aku temukan dia sedang asyik menikmati rokok di sela-sela jarinya bersama kawannya di bawah pohon itu. Senja itu cukup manis, kami memang tak saling tatap, bercengkeramah seperti biasa tetapi jarak kami dekat dan sangat lama. Hingga senja muncul dan terlihat sangat indah. Aku hanya tersenyum dalam hati dan menyimpan bahagia dalam hati.
                Ah Tuhan aku mohon perlambatlah waktu aku ingin berlama-lama dalam posisi ini. Walaupun kita tak berdua tapi dia sangat dekat.Aku sangat puas menatapnya. Di sana ada salah satu teman angkatanku dan juga senior yang juga dekat denganku. Kita berempat saling bercengkeramah dengan santai di senja itu. Fokus ku jelas bukan pada kedua temanku itu, tetapi fokusku ada di hadapanku. Laki-laki dengan kulit sawo matang berbaju coklat dan tampak selalu misterius dan biasa. Ya, aku sangat sangat puas saat itu. Ingin kupotong jarak satu meter ini hingga kita bisa sangat dekat.
                Hingga senja pun kembali pulang, akhirnya sekitar jam 7 malam kita bergegas pulang. Jelaslah ini waktu yang aku tunggu-tunggu. Bisa berdua pulang dengan Banyu. Aku jadi ingat pertanyaan seorang kawanku.
                “Kenapa si May setiap hari rabu pasti lu seneng banget?”
                “Bisa ketemu Banyu,”jawabku.
                “Emang apa kelebihan Banyu lo itu si, sampe lu kaya begininya klepek-klepek,” tanyanya lagi.
                “Mmm..karena dia biasa ajah.”
                “Apa sih gak jelas lo.”
                “Ya,karena dia biasa ajah. Dia itu pas deh pokoknya. Kepribadiannya pas. Gak lebay. Biasa ajah. Penampilannya juga pas. Biasa ajah. Dan pokoknya dia biasa ajah. Gak banyak gaya, gak berlebihan. Semua serba pas. “
                Mungkin temanku heran bahkan tidak mengerti apa yang aku maksud. Namun, yang jelas untuk yang satu ini aku menakarkan rasanya dengan pas. Aku tidak intens sms dia, karena aku tahu dia pasti punya kesibukkan lain. Aku hanya senang menatapnya kemudian mendengar suaranya. Selebihnya aku tak mengharapkan apapun. Karena aku tahu, rasa tidak mungkin dipaksakan. Maka, saat ini aku membiarkan ritme rasa tetap stabil. Tidak berlebihan tetapi kadang penuh kejutan.
                Kuakui aku tak setenang dirinya, aku kadang ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa aku aku sangat menyayangi Banyu.Siapapun itu aku tidak peduli. Namun, urung niatku ketika aku tahu bahwa prinsip Banyu tidak seperti itu adanya. Akhirnya sampai hari ini aku diam-diam menyembunyikan bahagia di balik sebuah senja yang selalu kita tatap tetapi tak dapat kita utarakan.
                Senja ini senja milik Banyu. Jika suatu saat Banyu memilih untk pergi meninggalkan Maya itupun tak apa. Karena rasa bukan dogma, bukan undang-undang. Rasa itu bebas. Maka, aku menghargai apapun keputusan Banyu. Yang tak bisa bersamaku. Walau begitu, rasa sykur ku kepada Tuhan tak akan henti henti kupanjatkan karena mencintai Banyu bukan batu loncatan, bukan pelampiasan. Mencintai Banyu adalah mencintai air. Air yang dibutuhkan semua orang. Air yang tak bisa dipatenkan. Seperti itu aku mencintai Banyu.
                “Emang lu maunya Banyu gimana May?” tanya Fauza.
                “Tidak ada,” jawabku.
                “Lah lu suka masa gak mau jadian si?”
                “Tujuanku adalah mencintai bukan dicintai. Mencintai itu hak tetapi dicintai adalah bonusnya. Aku tak pernah paksakan apapun. Aku hanya ingin dibebaskan mencintai. Jika suatu saat Banyu pun membalas rasa itu, tentu bahagia sekali hatiku. Namun, itu bukan satu-satunya tujuan.” Jawabku.

                Dan selamat hari rabu Banyu. Aku sayang kamu J

Minggu, 15 September 2013

Aku menemukan ini

234
Suatu hari ku lihat tiga orang pemuda sedang asik bicara dengan temannya
Ku lihat terselip sebatang rokok disela-sela jarinya
Kosong, djisamsu
Oh DJISAMSU, kau temanku..
Oh temanku yeahhh Kau Djisamsu
Rokok ini memakai tembakau berkualitas tinggi
Dengan tembakau Madura yang harum baunya dan tembakau nusantara yang harum dicampur dengan cengkeh terpilih.
Yang caranya halus dan harus khusus yang sama dari generasi ke generasi
Upaya sejarah cita rasa tinggi tetap terjaga
Pembuatan rokok ini dilakukan dengan teliti
Menghisap rokok ini segera tau bedanya
Rokok ini bila disimpan lebih lama akan menambah rasanya lebih enak
Oh DJISAMSU, kau temanku..
Oh temanku yeahhh Kau DJISAMSU


Ini puisi orang, sayang jika tidak dipungut dan diarsipkan. With Banyu :)