Sabtu, 15 Desember 2012

Aku ingin Mandi



Diam duduk termangu di  sebuah gedung  tua tetapi kini sudah mengalami perombakan ulang. Lantai 3 g304 menjadi tujuan akhir mahasiswa tingkat ke tiga jurusan sejarah. Terlambat 20 menit sudah jelas-jelas membuat dosen geram dengan kebiasaan yang dilakukan secara berulang. Mungkin juga bosan dengan kebiasaan yang melulu tak pernah on time. Sarjay begitulah nama panggilanku.

Dari semester satu memang selalu bermasalah dengan ketepatan waktu. Kadang aku bisa menjadi anak terajin tingkat dewa, atau kadang juga malas bagai kambing kala hujan. Namun, jika berhasil dipersentasekan malasku mungkin lebih tinggi angkanya. Malas adalah hak. Itu pernyataan yang patut untuk ditertawakan. Suatu ketika aku pernah bangun terlambat saat SMA. Aku yang bangun jam 6 pagi mulai bergegas mandi terburu-buru. Aku lupa hari itu perdana Ulangan Akhir Sekolah. Sepatu wariorku ku ikat mati karena terburu-buru, sedikit merapikan kerudung yang juga miring dan juga tak kunjung rapi. Memang, akulah si jilbab aneh yang selalu saja membuat keonaran. 

Hari itu aku tak mandi, hanya sedikit menggosok gigi dan cuci muka sedikit. Semua  berantakan. Namun, untunglah aku masih saja bisa diampuni dan diberikan ijin untuk masuk. Sekolahku setiap UAS pasti mengacak urut tempat duduk dan biasanya digabung dengan kakak kelas. Ini hal yang paling menyebalkan buatku, karena sudah pastilah ini bisa jadi boomerang buatku dipermalukan bersama teman sekelas dan juga kakak kelas. 

Ku percepat langkahku untuk satu tujuan yaitu nomer urut bangkuku. Setelah tepat berada di depan kelas XII IPA 2 aku mengetuk pintu. Syukurlah pengawas ujiannya Bu Sri guru sejarah yang tidak berperawakan seram. Bu Sri seumuran ibuku, umurnya mungkin kepala 4, tapi masih kekar dan berisi. 

“Aduh terlambat, cepet mba cari bangku,” seru Bu Sri.

Aku mulai mencari dimana tempat dudukku, Tiba-tiba ada pancaran dari kerumunan anak-anak ini, Ya, seorang kakak kelas yang menjadi favorite seluruh sekolah dan juga tampan duduk denganku. Aku mendapat bangku yang juga tepat bersebelahan dengannya. Entah aku harus senang atau memang minder lantaran pagi ini tak mandi. Sialnya lagi, aku hari ini sangat berantakan dan lupa memakai deodorant serta parfume. Semua temen sekelasku senyum-senyum iri melihat hari ini aku duduk dengan kakak kelasku ini. Namanya sangat berkarisma seperti wajah dan kepintarannya, Digjaya Utama. Dia kakak dari teman sepermainanku Cendikia Dewi. Dia sering disebut Pak Haji dengan teman-temannya karena dia sudah pernah pergi haji. 

“Permisi kak, saya duduk di sini,” kataku lembut dengan cengangas cengengesan.

Kemudian dia membalas senyumku dengan lembut. Arghh.. rasanya ingin terbang dan melayang-layang di angkasa mendapatkan senyumnya. Dari kedua lesung pipinya yang juga mengiringi senyuman manisnya.
Salah satu teman wanita sekelasku yang juga kagum berat dengannya, menyinyir iri melihatku, kemudian aku mulai menoleh diam-diam kearah temanku dan memberikan senyum meledeknya dengan sedikit melet. 

“Ish..” ketus Susan sinis.

Susan memang teman sekelasku yang serba ribet. Memusingkan. Geliatnya memang sangat girly, Nampak pada benda-benda miliknya yang serba pink. Tak pernah jauh dari kaca berwarna pink, lipgloss pink, dan juga alat kosmetik lainnya yang bernuansa pink. Seringkali pandangannya tidak fokus jika melihat laki-laki tampan yang lewat. 

Sialnya aku meledek Susan disaat hari ini aku membutuhkan bantuannya. “Woy, susan.. minta minyak wangi dong,” seruku lirih agar tak terdengar Kak Diga. 

Dengan ketus susan menjawab,”ogah”.

Ah sial. Susan menyebalkan. Aku benar-benar harus menjauh dari Kak Diga, terlalu dekat bisa membuatnya ilfil nanti ketika mencium aroma tubuhku yang tidak mandi pagi ini. Wah, hari ini terasa begitu lama, aku ingin cepat-cepat pulang. Hari ini aku bulatkan tekad untuk langsung pulang, tidak kumpul OSIS ataupun teman-teman untuk bermain dahulu. Aku ingin mandi. Titik

Hari ini ulangan Agama, seharusnya aku bisa menanyakan soal-soal sulit ini ke Kak Diga, tapi tidak mungkin. Aku belum mandi, aku takut dia tak nyaman denganku. Sial, sial, sial. Tuhan, ayolah percepat waktu, aku ingin segera pulang. Aku ingin mandi. 

Susan menatapku dengan senyum olok. Aku tak bisa berpikir dengan kondisi seperti ini. Aku ingin pulang. Aku ingin mandi. Ya setidaknya hanya itu yang bisa diucapkanku hari ini. Aku ingin mandi.

 Hari ini menyebalkan, lalu lalang pula kakak kelas yang mencoba bertanya ke kak Diga dari arah kiriku, sehingga memungkinkan Kak Diga mendekat ke arahku. Aku tak mungkin menjauh dan merasa sok jijik karena sebenarnya bukan dia yang menjijikan tapi diriku ini. Yang belum mandi. Pfftt..

Pesona Kak Diga meluluhlantahkan imajinasiku untuk menjawab soal-soal agama yang dipenuhi dengan huruf melingkar-lingkar ini. Tuhan Allah ijinkanku pulang. Aku ingin mandi. Sesekali kak Diga menoleh ke arahku dan senyum serta menanyakan. “Ada yang susah nggak?” dengan ramah.

Aku tak sanggup menjawab pertanyaannya bahkan senyumnya yang 100% manis, aku hanya mampu menggelengkan kepala, karena takut aroma gigiku yang hanya ku sikat dengan kilat tadi pagi mengganggu penciuman Kak Diga. Setelah satu jam berlalu, Ujian hari ini pun selesai juga akhirnya. Aku bergegas dan menggemblok tas ranselku untuk berlari ke luar kelas dan pulang.

“Woy, sarjay mau kemana lo?” teriak salah seorang anak OSIS yang tak jelas wajahnya kulihat.
“Pulang” jawabku keras sambil berlari.

Namun, aku tertabrak oleh teman-teman OSIS yang lain, kali ini sangat dekat. “Eh, mau kemana?” tanya Sella.

“Mau pulang sel, gua beum mandi,” jawabku cepat.

Sela yang tertawa dan meneriakanku,” Ih,, dasar jorok lu”.
***
 (bersambung)

Rabu, 12 Desember 2012

Cekrak cekrik

Haha sok banget cantik emang yang punya blog ini pemirsah. Abis iseng-iseng brhadiah pengen ngeshare ajah hasil foto jepretan si Ranthy sipirili, yang lumayanlah gue bilang keren. Hahaha. yang pasti karena modelnya keren. Uhuy :p cekidot :)








yeah. thanks to ranthy :)