Jumat, 20 Desember 2013

Untuk hati yang dikembalikan

Sudah lama tidak berjumpa, Sebelum kita bersalaman di bawah pohon itu aku gugup takut bertemu denganmu. Aku rindu dengan semua tingkah lakumu. Sebelum rabu, aku sudah uring-uringan di rumah menuntun semangat pasca program pengajaran lapangan (PPL). Setiap malam merenungi apa yang sampai hari ini tak pernah aku renungi.
Kau bilang aku egois. Maka, itu semua aku perbaiki untukmu dan untuk kebaikanku. Kini aku tahu, kau menjauhi apa yang patut kau jauhi. Aku mungkin sangat memuakkan untukmu. Mungkin pula merusak keseimbangan hidupmu yang sejak dahulu selalu stabil. Ya. Kau benar akulah si biang kerok.
Entah sampai kapan rasa ini selalu begini, Kau mungkin terus merasa bersalah. Sedang aku semakin ingin mengejarmu. Siapa yang menyangka seorang Maya mampu sejauh ini mengejarmu, tak ada kapok-kapoknya bahkan tak ada rasa bosan-bosannya sedang kau selalu menutup celah untuk rasaku masuk. Sungguh ironis.
Kata seorang teman, aku bermental pejuang. Kata seorang teman pula aku bertindak layaknya wanita murahan. Biar saja! Sampai hari ini aku menutup telinga untuk itu. Yang aku tahu dan entah apa pula sebabnya aku sangat menyayangimu.
Aku sering menangis karenamu, sedang kau saja tak pernah menyakitiku. Sering pula terpuruk dan tak bersemangat karenamu, sedang kau saja tak pernah muncul bahkan berkata buruk apapun tentangku. Lantas apa yang bisa membuatku seperti itu? Semua akan aku jawab, bahwa mencintaimulah adalah satu-satunya alasan itu semua.
Ya. Aku mencintaimu. Cukup terdengar berlebihan bahkan seperti rayuan gombal. Aku cukup tak mempedulikan segala bentuk komentar segala penjuru. Aku ini jalang dan akan terus meradang dan menerjang. Itu kata chairil anwar. Aku tak cukup mampu basa basi juga tak sanggup jika terus menjadi benalu. Maka, aku diam dan bersembunyi dari keberadaanmu, hanya untuk memperhatikanmu dari jauh dan terus mengagumimu secara diam-diam.
Seorang dosen mengatakan padaku bahwa mencintai adalah mengagumi dengan hati, sedangkan mengagumi adalah mencintai dengan pikiran. Pernyataan itu hingga hari ini tak bisa ku identifikasikan dari rasaku padamu. Ini terlihat menggebu dan aneh.  Yang ingin kusampaikan padamu adalah  bahwa rasa ini bukan rasa pelarian, ini rasa yang sangat masif, entah kenapa.
Banyu, lihat lah ini dekap di sini, lebih dekat agar kamu benar-benar merasakan rasaku. Dan ini bukan kebohongan semata. Mendapatkan rasa ini tak akan pernah aku sesali, karena Tuhan sangat baik memberikan rasaku ini kepadamu. Orang yang tak pernah kuduga ada.

Selamat Tinggal

Untuk hati yang dikembalikan