Sudah lama tidak
berjumpa, Sebelum kita bersalaman di bawah pohon itu aku gugup takut bertemu
denganmu. Aku rindu dengan semua tingkah lakumu. Sebelum rabu, aku sudah
uring-uringan di rumah menuntun semangat pasca program pengajaran lapangan
(PPL). Setiap malam merenungi apa yang sampai hari ini tak pernah aku renungi.
Kau bilang aku
egois. Maka, itu semua aku perbaiki untukmu dan untuk kebaikanku. Kini aku
tahu, kau menjauhi apa yang patut kau jauhi. Aku mungkin sangat memuakkan
untukmu. Mungkin pula merusak keseimbangan hidupmu yang sejak dahulu selalu
stabil. Ya. Kau benar akulah si biang kerok.
Entah sampai
kapan rasa ini selalu begini, Kau mungkin terus merasa bersalah. Sedang aku
semakin ingin mengejarmu. Siapa yang menyangka seorang Maya mampu sejauh ini
mengejarmu, tak ada kapok-kapoknya bahkan tak ada rasa bosan-bosannya sedang
kau selalu menutup celah untuk rasaku masuk. Sungguh ironis.
Kata seorang
teman, aku bermental pejuang. Kata seorang teman pula aku bertindak layaknya
wanita murahan. Biar saja! Sampai hari ini aku menutup telinga untuk itu. Yang
aku tahu dan entah apa pula sebabnya aku sangat menyayangimu.
Aku sering
menangis karenamu, sedang kau saja tak pernah menyakitiku. Sering pula terpuruk
dan tak bersemangat karenamu, sedang kau saja tak pernah muncul bahkan berkata
buruk apapun tentangku. Lantas apa yang bisa membuatku seperti itu? Semua akan
aku jawab, bahwa mencintaimulah adalah satu-satunya alasan itu semua.
Ya. Aku
mencintaimu. Cukup terdengar berlebihan bahkan seperti rayuan gombal. Aku cukup
tak mempedulikan segala bentuk komentar segala penjuru. Aku ini jalang dan akan
terus meradang dan menerjang. Itu kata chairil anwar. Aku tak cukup mampu basa
basi juga tak sanggup jika terus menjadi benalu. Maka, aku diam dan bersembunyi
dari keberadaanmu, hanya untuk memperhatikanmu dari jauh dan terus mengagumimu secara
diam-diam.
Seorang dosen
mengatakan padaku bahwa mencintai adalah mengagumi dengan hati, sedangkan
mengagumi adalah mencintai dengan pikiran. Pernyataan itu hingga hari ini tak
bisa ku identifikasikan dari rasaku padamu. Ini terlihat menggebu dan aneh. Yang ingin kusampaikan padamu adalah bahwa rasa ini bukan rasa pelarian, ini rasa
yang sangat masif, entah kenapa.
Banyu, lihat lah
ini dekap di sini, lebih dekat agar kamu benar-benar merasakan rasaku. Dan ini bukan
kebohongan semata. Mendapatkan rasa ini tak akan pernah aku sesali, karena
Tuhan sangat baik memberikan rasaku ini kepadamu. Orang yang tak pernah kuduga
ada.
Selamat Tinggal
Untuk hati yang
dikembalikan