Segala sesuatu
memiliki makna_Barthez
Lucu sekali hari ini, aku mencoba
mengutak atik laptopku yang sedari tadi aku nyalakan untuk mengerjakan sebuah
tugas deadline dari Transformasi. Aku sangat-sangat tak karuan membuka setiap
folder, yang masing-masing aku berikan nama aneh-aneh sebagai penanda. Barthez
dalam bukunya “emporium of sign” pernah mengemukakan bahwa manusia itu dikuasai
oleh tanda-tanda, maka seperti aku, aku menandai setiap folder penting di
laptopku dengan caraku sendiri. Kadang hanya ada angka saja bahkan kata-kata
cenderung gila.
Aku buka satu persatu folder itu,
seingatku aku meletakkan semuanya di satu folder itu. Oh, my Lord tolonglah
aku, ijinkan aku menemukannya. Aku tak ingin apa, aku tak ingin nyata, tetapi
hanya mala mini aku inginkan menemukan folder itu. Laptopku memang baru saja di instal ulang perihal kecerobohanku karena mendownload sembarang aplikasi yang
isinya semua menggunakan bahasa inggris yang tak ku mengerti, aku hanya menekan
“Yes” dari setiap kata yang berurai panjang tak ku mengerti. Alhasil, laptopku
ini tak bisa menyala dan harus di instal ulang.
Semenjak itu, aku lupa menaruh
folder kesayanganku itu dimana. Memang sudah berbulan-bulan aku tak ingin membukanya, Aku tak ingin membukanya.
Tak sama sekali. Semua bercampur dengan ketakutan-ketakutanku. Namnun, entah
mengapa malam ini aku ingin sekali menemukannya. Aku ingin sekali menengoknya
walau sebentar saja. Aku ingin kepo.
Setelah beberapa kali
berputar-putar di Local Disk C dan D, tak kutemukan juga satu pun pertanda
folder tersebut. Ah, sial. Where are you my folder? Mana mungkin satu folder
itu bisa hilang. Aku sangat merindukanmu. Aku ingin kau temaniku malam ini.
Sekadar menghiburku saat insomniaku menjelang.
Ketika larut memang aku selalu menjamu
diriku sendiri dengan berbagai macam kegiatan yang menyebabkan aku tak memiliki
rasa kantuk sedikitpun. Aku ingin ditemani oleh folderku itu. Aku ingin dia
kembali. Baiklah aku mulai flash back dan mengingat kembali, mengorek-orek
ulang ingatanku, siapa tau saja aku mengingatnya.
Wah, sangat sialan. Bangsat! Aku
pecundang, aku pengecut. Aku baru ingat, aku pernah menyuruh temanku untuk
menghapusnya kala itu. Bak, air mata yang memang takkan mampu mengalir lagi
perihal tingkat kadaluarsanya sudah lewat, airmataku tak mampu keluar, Cuma
sesak yang menerpa di dadaku. Aku si pecundang itu, aku yang tak berani
sedikitpun mencolek folder itu, menyuruh temanku untuk menghapusnya saat itu.
Folder itu mungkin sudah menjadi
data abstrak yang pernah ada tetapi kini hilang entah dimana. Mungkin, dia
telah masuk di dunia kapur Rudi Tabuti, atau mungkin di Rycle Bin. Ah, benar
sekali aku buru-buru membuka rycle bin mungkin saja masih tertera di sana.
Shit!! Tak ada pula. Semua terhapus. Ulahku. Ini semua salahku. Aku kini hanya
menunduk dan mulai memutar otak untuk mengingat semua isi folder itu. Namun,
tetap saja aku tak ingin menangis lagi. Lagi-lagi aku tak ingin menangis. Aku
hanya ingin menengoknya walau sebentar.
My Lord, andai saja aku bukan si
pengecut itu yang selalu saja tampil reaksioner dalam mengatasi masalah itu,
mungkin aku takkan menghapusnya. Kini, aku menyesal. Sangat hancur hatiku. Aku
bersusah payah mengumpulkan setiap part-part hidupku dalam folder itu semua,
hanya untuk mengabadikan sebagian memori yang pernah aku lakukan.
Foto-foto itu entah dimana dia.
Video itu. Bahkan semua tentangnya hilang terhapus. Apa ini pertanda aku
benar-benar harus menghapusnya dalam hidupku? Ah, sungguh gamblang yang aku
tulis malam ini. Tak biasanya aku menulis perihal hati dengan sangat gamblang dan
mendayu. Singkat kata, aku merindukanmu setiap waktu setiap denyut setiap nyawa
bhakan yang lebih dekat, denyut aliran darahku mungkin juga merindukanmu. Aku
ingin memelukmu malam ini. Maafkan aku L
***