Selasa, 29 Oktober 2013

SURAT TERAKHIR UNTUK BANYU

Dear      : Banyu

              Aku berjalan perlahan dalam ketidaktahuanku. Katamu hari ini kamu kecewa. Bukan hari ini, tapi kemarin. Dasar kamu “Kepala batu”. Huh, demikian katamu. Sedang aku menahan tangisku selepas membaca smsmu. Kata-kata yang kamu racik semanis dan sesopan mungkin di depanku, padahal kamu hanya ingin mengatakan bahwa aku kepala batu.
               Maaf, jika aku lancang membuka kotak pandoramu. Aku tak ada maksud untuk berbuat demikian. Kamu yang selalu tertutup dan takut dengan keberadaan “kita”. Aku lancang atas semua. Dan, sangat wajar jika kamu kecewa.
               Sejak beberapa bulan lalu memang aku sering bermain sendiri. Kamu yang selalu kuajak nampaknya lebih asyik melihat aku bermain sendirian. Di bawah pohon itu kamu hanya senyum padaku dan mengatakan,” kalau ingin bermain, bermain sendiri yah, aku tak bisa ikut main. Aku lelah dan inilah aku.” Permainan ini aku buat, aku rancang semenarik mungkin agar kita bisa memainkannya berdua. Maksudku adalah aku ingin menghiburmu atas rasa gundahmu. Aku tahu kamu murung hari ini, lantaran kamu ditinggal bermain oleh teman-temanmu dalam permainan lain. Maka, hari ini aku khusus membuat permainan untuk menghiburmu agar kita yang sama-sama murung bisa menemukan senyum kembali atas ketertinggalan kita.
               Namun,  nampaknya kamu enggan bermain denganku. Kamu menyuruhku untuk bermain sendiri bahkan menyuruhku untuk menunggu seseorang yang hingga hari ini aku pun tak tahu untuk menemaniku bermain. Sedangkan, tahukah kamu bahwa permainan ini ku buat hanya untuk kamu dan aku bukan mereka atau yang lain.
               Banyuku saat engkau duduk di sana, aku memang sering lancang meninggalkan permainan ini, hanya untuk bertanya pada temanmu di seberang sana. Aku ingin tahu bagaimana cara meluluhkan kegundahanmu dan mengembalikan semangatmu lagi untuk bermain. Namun, kamu malah memarahiku. Kamu bilang aku lancang dan mengecewakan. Beberapa kali aku bertanya padamu, apa yang membuatmu gundah tetapi kamu enggan menjawabnya. Maka, salahkah aku jika aku mencoba bertanya pada temanmu?
               Aku memang pandai menari, aku pun pandai bernyanyi, Aku juga selalu tersenyum. Tetapi semua itu menjadi tak berguna ketika aku hari ini tak bisa menghiburmu dan tak bisa mengajakmu untuk kembali semangat dalam permainan ini. Banyuku sayang, yang gandrung atas kesendirianmu. Aku minta maaf atas segala kelancanganku. Esok hari mungkin aku tak akan muncul lagi di halaman rumahmu. Namun, gambar permainan yang aku ukir di halaman rumahmu bisa kamu mainkan sendiri jika kamu mau. Aku berikan permainan itu kepadamu, semoga kamu mau memainkannya dan bersemangat kembali walaupun kelak yang kamu ajak bermain pasti bukanlah aku.
               Aku pamit Banyu. Ketika pintu tertutup, maka aku tak akan memaksa pemiliknya membuka, kecuali pemiliknya mempersilahkan aku masuk. Yang senantiasa mendoakanmu. MAYA