Judul : Telikungan Kapitalisme Global Sejarah Kebangsaan Indonesia
Karangan : Hasyim Wahid dkk
Penerbit : Lkis Yogyakarta 1999
Setiap
Upaya memberikan diagnosa dan terapi atas persoalan yang terjadi di
Indonesia tanpa melihat keterkaitan dengan konstelasi global niscaya
akan menemui kegagalan.
Wacana Asing terhadap sejarah kebangsaan
Indonesia selalu memiliki peranan dari setiap tindak tanduk
permasalahan di negeri ini. Bangsa Indonesia sering dijejali dan
terpukau terhadap wacana luar yang kadang membuat Indonesia masuk dalam
lingkaran hegemoni. Pelbagai wacana masuk, dari aspek sosial, politik,
ekonomi, ideologi, kebudayaan dan seterusnya masuk dan menggerus
Indonesia sampai masuk ke dalam cengkeraman imperialisme global yang
hegemonik serta penuh dengan rekayasa.
Buku ini membagi tiga fase
sejarah dengan berbagai varian di dalamnya dan menganalisis konstelasi
global secara sederhana sebagai berikut; periode pra kemerdekaan yang
dibatasi dengan semangat nasionalisme, masa kemerdekaan dibawah pengaruh
perang dingin, dan masa Orde Baru yang berujung reformasi.
Pada
fase pertama, konstelasi wacana asing masuk perlahan dengan semangat
nasionalisme (Ernest Renant) pada saat pra kemerdekaan. Lahirnya kaum
terpelajar dan organisasi-organisasi di Indonesia pra kemerdekaan pun
tidak relepas dari adanya politik etis Belanda. Dengan adanya politik
tersebut anak-anak priyayi dapat di sekolahkan dan kemudian menjadi kaum
terpelajar.
Selain berkembang jiwa nasionalisme di Indonesia,
peristiwa revolusi Bolsevik oleh Lenin mengagas pemikiran Komunis di
Indonesia yang nantinya pun sempat berbekas di sejarah kebangsaan
Indonesia.
Era Konsolidasi Kapitalisme di Indonesia pada fase ini
pun terjadi setelah perang dunia I, yang mengakibatkan krisis moneter
negara-negara yang melakukan perang. Kemudian dengan strategi
strukturalisme fungsional dari Talcot Parsons. Selama masa ini bangsa
Indonesia juga melakukan konsolidasi kebangsaan Indonesia, namun belum
dapat memproklamirkan karena hegemoni imperialis di Indonesia masih
begitu kuat.
Kemudian fase berikutnya terjadi di awal-awal
kemerdekaan. Menilik peristiwa yang terjadi di luar pada masa ini yaitu
ketika pasca perang dunia II, kemenangan Sekutu atas Jepang melahirkan
Indonesia menjadi negara yang merdeka, ketika golongan tua dan muda
memanfaatkan peristiwa tersebut sebagai celah perebutan kekuasaan.
Peristiwa yang terjadi pada masa pasca kemerdekaan adalah ketika sekutu
menyerang Surabaya dan tewasnya Jenderal Mallaby di Surabaya dan
disambut dengan semangat perlawanan oleh rakyat Indonesia. Pola ini
kemudian terulang kembali, di zaman sekarang. Jika upaya imperialisme
masuk di Indonesia dengan fisik, maka sekarang masuk dengan menguasai
aset industri dan infiltrasi modal asing.
Untuk menanamkan pengaruh
kapitalisnya asing membentuk World Bank, IBRD, IMF dan GATT setelah
pertemuan Bretton Woods tahun 1944. Tidak hanya imperialis kapitalis
yang tidak mau kalah, imperialis komunis pun mendirikan COMECON.
Organisasi-organisasi tersebut yang kemudian nanti akan menghegemoni
perjalanan panjang bangsa ini. Tahun 1948 Trauman Doktrin muncul dengan
ideologi developmentalismenya yang akan membuat pemikiran modernisasi
oleh negara-negra baru jajahan. Sebegitu besarnya pengaruh asing di
Indonesia melahirkan strategi halus oleh presiden pertama Indonesia
Soekarno. Beliau memutuskan untuk mempertahankan PKI tetap ada di
Indonesia tanpa melihat pemberontakan yang pernah terjadi oleh PKI di
madiun.
Fase selanjutnya adalah pada saat Orde Baru. Kapitalis
masuk dengan beberapa strategi. Pertama dia membuat agen rahasia CIA
untuk menghilangkan paham-paham komunis. Dengan politiknya peristiwa G
30 S yang terjadi di Indonesia mengantarkan Orde Baru untuk masuk
melengserkan Orde Lama.
Kemerdekaan yang selalu digembor-gemborkan
oleh kaum reformis sebagai usaha bangsa Indonesia patutnya digali lebi
jauh. Pasalnya ada tangan-tangan gahib yang sebenarnya muncul.
Tangan-tangan Gaib itu disebut kapitalisme.
Kemudian pemerintahan
Orde Baru menerapkan ideologi developmentalisme dengan menerima bantuan
IMF, World Bank, dan WTO. Tidak hanya itu saja, pembentukan
institusi-institusi pun dibentuk dalam konsep developmentalisme. Dengan
cara ini, kapitalis berhasil memperkokoh pengaruhnya di Indonesia dengan
upaya ekonomi. Telikungan Kapiitalis pun muncul kembali untuk membuang
pengaruh komunis saat peristiwa Malari 1974 tentang penolakan produk
Jepang di Indonesia.
Seperti tidak pernah absen dari Indonesia kala
itu, kapitalis kemudian menelikung kembali. Pasca perang dingin, dan
runtuhnya negara komunis, kapitalis tidak membutuhkan buffer (tameng)
lagi untuk menghadapi komunisme. Sekarang, kapitalis hanya memiliki
tujuan penguasaan bisnis.
Tekanan konsep liberalisme yang
diterapkan kapitalis pun muncul. Memaksakan Indonesia untuk berhutang.
Disinilah akhirnya detik-detik latarbelakang mundurnya Orde Baru yang
selalu menjadi euphoria bagi kaum reformis bahwa semata-mata reformasi
terjadi akibat adanya perjuangan rakyat Indonesia tanpa melihat pengaruh
wacana asing yang bermain.