Senin, 25 Februari 2013

Terimakasih bijaksana

Ini sebenernya dedikasiku atas semua nasihat-nasihatmu. Setiap hari kamu memaki dan kadang sampai darah tinggi menasehatiku. Kini, aku sudah tahu apa maksudmu. Aku harus berjalan bahkan berlari untuk mengejar cita-citaku. Teriak ku kini mungkin sudah tidak berarti, apalagi tangisku. Kamu sekarang asik mencari bahagiamu, dan aku juga akan buktikan padamu, bahwa nasehat yang dulu pernah kamu tampikan akan tetap aku jaga dan aku rawat. 

Si pemalas ini, sudah menjadi pekerja keras. Aku sudah menikmati kesibukanku berbisnis dan bekerja, semua untuk menunjukkan bahwa aku sampai kini memegang nasehatmu. Kamu yang dulu memakiku karena aku susah bangun pagi, bahkan sering terlambat kuliah. Kini, aku bangun sendiri dan tak lupa berangkat dengan angkutan umum sendiri. 

Tak perlu disuruh mandi, aku akan mandi. Aku tak seperti anak kecil lagi banyak mengeluh banyak cerita. Aku kini berjalan sendiri, mencoba mandiri. Di balik bayangmu nan gelap, aku hanya menikmati siluet nya tanpa mampu menyentuh dengan nyata dan saksama. Rindu itu memang kencang, tetapi aku sadar itu tak boleh terjadi bahkan jika perlu jangan pernah pertemukan kita salam kondisi apapun. Ku yakini kau sebagai penasehat dan si bijaksana itu, maka aku tak mau berlarut dengan amarahku.

Kutuliskan ini tanda ucap terimakasihku padamu yang telah bijaksana menemaniku :)