Sabtu, 29 Juni 2013

Pemberhentian Terakhir di Gerbong Sembilan

"Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta Dalam Kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013." 

Dan aku tak punya hati, untuk menyakiti dirimu. Dan aku tak punya hati untuk mencintai dirimu yang selalu mencintai dirimu (Chrisye)

Suara dentuman kereta api menandai perjalananku hari ini. Langit sudah sedikit mendung, menandakan hujan akan segera mengguyur perjalanan. Pertemuan terakhir di dalam kereta api membuatku sedikit bingung kenapa harus tempat ini. Aku yang sedari tadi duduk termangu hanya memasang telinga mendengarkan dari awal hingga akhir alasan demi alasannya.
Matanya menatap nanar memberikan suatu dercak kesedihan. Aku jelas tak kuasa menahan tangis. Aku ingat bagaimana kita berjalan merangkak untuk bisa mencapai sebuah tujuan yang kita inginkan. Umur kita yang terbilang masih sangat muda, 21 tahun sudah berpikir untuk serius adalah sebuah kemustahilan belaka.
Di akhir September 2012, dia menatapku penuh dengan kesedihan. Menggenggam tanganku dengan penuh rasa bersalah. Sedangkan, aku hanya tertunduk meneteskan air mata. Aku kecil di atas kursi. Sesekali melirik ke langit-langit atap menahan tangis. Namun, aku sadar air mata itu akan tetap jatuh.
“Maafin aku may,” ucapnya seraya memelukku erat.
“Aku sayang sama kamu,”ucapku sambil menangis tersedu-sedu.
Terkadang aku merasa ada part hidupku yang dibuat Tuhan terasa tak adil. Semenjak ke sepuluh lelaki terdahulu yang lain tak pernah ku perlakukan se special ini, kini aku harus patuh dan ikhlas dengan keadaan. Alasan yang tak pernah bisa ditolelir memang. Orang tua darinya tak pernah setuju denganku. Cukup klasik menanggapi masalah restu, tetapi alasan ini merupakan alasan yang memiliki polemik setiap musim.
Kita berhenti di gerbong Sembilan. Sebuah angka yang cukup lama untukku. Aku memilih cinta bukan karena melihat kau siapa, tetapi karena caramu memperlakukanku seperti apa. Dan, kamu berhasil menjadikanku wanita seutuhnya. Sifatku yang tomboy dan tak beraturan tidak membuat cintamu berkurang. Namun, ini terjadi lagi di gerbong Sembilan. Sama seperti yang dahulu.
Dengan kehampaan aku pulang. Ku hapus airmataku malam ini, aku tak ingin mengumbarnya di depan kedua orang tuaku. Sampai akhirnya aku hanya berbaring di atas tempat tidur menangis kemudian menghapus air mata, begitu seterusnya. Hubungan ini, begitu aku banggakan di depan kedua orang tuaku, sahabat dan kerabat. Hingga akhirnya aku menceritakan pada ayahku perkara ini. Dia terlihat kesal dan merasa direndahkan. Maka, sudah habis perkara aku tak akan pernah diijinkan kembali dengannya. Terlebih lagi hujatan semua sahabatku yang menganggap bahwa dia adalah laki-laki pengecut.
“Lo, tau enggak ini  alibi dia ajah. Memang kalian tuh sudah mau nikah yah. Inget, kalian itu masih 21 tahun. Alasannya klasik banget masalah fisik lo, emang dia seganteng apa sih? Nanti juga ada masa nya kalo lo udah lulus kuliah, kerja dan mempercantik diri.” ketus Dira.
Tak akan tahan dengan semua perkataannya. Hingga hari ini, telingaku seolah kebal jika semua orang menghardiknya. Dalam hatiku masih menangis. Meski kita sudah 8 bulan putus tetapi tetap saja semua tak akan mudah hilang.
Cinta tak mungkin berhenti secepat saat aku jatuh hati (tangga)
Alunan musik mengiringi ingatanku. Kini semua kenangan seakan dipaksa keluar dari otakku. Semua akses ditutup untukku. Darimana aku harus mulai perjalanan lagi? Sedang semua kenanganmu masih berada di sini. Di setiap folder laptopku masih kuarsipkan rapih tentangmu. Baju couple kita berdua dengan desain aneh itu, masih aku simpan di lemariku. Sebuah novel tentang perjalanan cinta kita juga masih ku simpan dalam folder baik-baik. Tak akan pernah kuhapus sampai kapan pun. Karena menunggumu adalah sebuah keseriusanku.
Malam ini, di gerbong Sembilan, bulan Sembilan di detik-detik hari kelahiranku. Aku mengalami kejadian serupa saat orang terdahulu pun berhenti di gerbong ini. Ku pikir gerbong Sembilan ini mampu mengantarkan ku dengan mu sampai pada tujuan. Namun, ternyata gerbong inilah satu-satunya gerbong yang tak layak dan tak ada penumpang untuk singgah. Hingga akhirnya kereta api terus melaju dan mengharuskan aku berjalan tanpamu. End