Kita mengurai macet, kita bersahabat
Hari
ini si tukang nebeng ingin bercerita. Cerita dari pergulatan perjalanan yang
membuatnya stress berkendaraan umum.
Nebeng. Sebuah kata yang mungkin menurut orang-orang sangat memalukan atau
terlalu rendahan diucapkan. Namun, jika kita mencoba menelisik kembali nebeng
bisa mengurai macet. Bahkan, mampu menjalin ikatan sosial yang erat bagi yang
memberi tebengan.
Sms:
Gue
udah di depan gang lo (Bram)
Setelah
melihat dan berkenalan dari awal, ternyata teman SMPku masuk di bangku
perkuliahan dengan Universitas yang sama. Terlebih lagi rumah Bram sangatlah
berdekatan denganku. Semester satu ini, aku memutuskan untuk menebeng
dengannya. Itu pun tidak gratis. Aku juga turut membantunya sekadar uang isi
bensin, atau traktir ‘burger dons’ kesukaan kita berdua.
Sepulang
kuliah, kita juga sering jalan bareng ke ‘pop ice tante’ di daerah Lubang
Buaya. Itu pun atas ajakanku karena memang ingin membalas budi baik Bram yang
mau memberikan tebengannya untukku serta kadang mendengarkan curhatanku.
Terowongan
UKI, di sana aku suka menggila dengan teriak untuk membuat para pengguna jalan
melihat kegilaanku. Haha..
“Gila lu! Kita jadi pusat perhatian
bodoh! Malu gue!”
Aku hanya tertawa lepas. Ini ku
maksudkan untuk melepas penat karena tugas organisasi kita yang kebetulan sama
cukup melelahkan dan membuat kita pulang selarut malam ini. Untung saja, jadwal
kuliah kita cenderung sama, jadi tak ada alasan bagi Bram untuk malas
menjemputku. Entahlah aku juga tidak tahu apa yang membuat Bram betah ditebengi
orang macam aku yang terkadang suka lambat dan mengharuskan Bram berjemur
bermenit-menit di depan gang.
“Lama banget sih lu, sampe kering
nih,” kesalnya
“Sorry,
hehe.. namanya juga cewe kan dandan dulu,” jawabku.
“Yaelah gak jadi cakep juga,”
ketusnya lagi.
“Dih, songong banget lu!” gerutuku
Ya, sampai hari ini Bram juga sering
menemaniku sekedar lari sore di stadion. Aku memang tidak begitu akrab dengan
teman-teman lain di sekeliling rumah. Jadi, jika ada sesuatu aku suka minta
bantuan Bram. Namun, perjalanan nebeng kita cukup diakhiri di satu semester
saja, karena aku memutuskan untuk menyewa kostan di dekat kampus. Itu pun
dikarenakan aku ingin lebih fokus menggeluti organisasiku yang menuntut banyak
waktu di sana. Di lain hal, Bram juga sedang PDKT dengan teman sekelasnya, aku
terpaksa mengalah untuknya. Ya, begitulah nebengers terkadang tak selalu dengan
orang yang sama untuk menjalin ikatan sosial. Namun, yang jelas kita pasti tahu
adab menebeng tidak boleh memaksa ataupun dipaksakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar