Kepadamu, aku menyimpan cemburu dalam harapan yang tertumpuk oleh sesak
dipenuhi ragu. Terlalu banyak ruang yang tak bisa aku buka. Dan, kebersamaan
Cuma memperbanyak ruang tertutup. Munkin, jalan kita tidak bersimpangan. Ya,
jalanmu dan jalanku sama. Meski, diam-diam, aku masih saja menatapmu dengan
cinta yang malu-malu. Aku dan kamu, seperti hujan dan teduh. Seperti itulah
cinta kita. Seperti menebak langit abu-abu. (Novel Hujan Teduh).
Pertemuan yang sangat singkat di
balik perkaraku akhirnya mampu mempertemukan dua rasa kita. Tuhan selalu
mempunyai cara untuk mempertemukan dan memisahkan. Tak ada yang sangat
mengesankan daripada pertemuan dan perjalanan di tahun ini. Berawal dari
kegalauan aku menemukanmu. Setiap tikungan yang kita singgahi memiliki banyak
kenangan yang tak mungkin pernah terhapus. Kau sebagai penemu, kau sebagai
penjelajah, dan kau sebagai pemenang. Penemu atas rasaku, penjelajah atas
segala keseharianku, dan Pemenang atas hatiku.
Kita pernah bermimpi untuk mampu
mencapai apa yang kita tuju, bukan secara individu melainkan secara kolektif.
Dengan semangat liberte, egalite dan Frahternait kita membuat visi misi ke
depan untuk mencapai sebuah konsep besar. Generasi Santosa dan Wijaya serta
kesuksesan sebagai seorang anak manusia dan mahasiswa tentunya. Perjalanan
cinta kita adalah seni. Erich Fromme benar bahwa ini bukan sekedar rasa sebagai
sifat naluriah kebinatangan seorang manusia, tetapi aku mengakuinya bahwa rasa
ini penuh nilai estetika.
Walaupun kadang diterjang
berbagai halangan, baik di pihakmu ataupun di pihakku, tetapi aku dan kamu
yakin bahwa bahagia tercipta atas perjuangan kita sendiri, bahkan Spinoza
pernah berkata, bahwa Tuhan bukanlah satu-satunya dalang.
Ini bukan akhir cinta. Aku anggap
ini awal atas kesalahan masa lalumu. Masa lalumu yang sampai saat ini
menghantuiku. Ketakutanku terhadapnya masih sangat melekat di rongga-rongga
terakhir kali kau ucapkan kata maaf untuk kesalahanmu. Aku bukan palung rasa
yang bisa menyedot semua rasamu. Aku juga bukan pula jajanan pinggir jalan yang
dijual murah dan tidak higienis. Semua rasa dan perilaku yang ku berikan padamu
adalah konsep besar yang aku mimpi-mimpikan dengan penuh estetika dan luxurious walaupun caraku sangatlah
sederhana.
Ini hanya selembar kertasku yang
kini sudah terisi setengah warna hasil karya cipta kita berdua, dan ini belum
selesai. Maka, marilah kita cari kembali pewarnanya bersama dan satu persatu
kita goreskan ke kertas ini agar konsep besar gambar kita nampak indah. Jangan
pernah sembunyi dari rasa, keluarkan apa yang mampu kamu ekspresikan atasku.
Begitu pula aku. Karena cuma di cinta ini kita mampu berdiri merdeka dan
menjadi diri sendiri.
Aku dan kamu bagai hujan dan teduh. Seperti menebak langit abu-abu. sw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar